Kamis, 20 April 2023

Hari Kartini

Secangkir Rindu

By Wike Atol Jannah

Sepucuk surat tiba, 

merpati perantaranya. 

Bersama jingga yang kian merona. 

Ia berkata, 

kertasmu telah usang tak berwarna, 

berdebu bahkan menjamur. 

Tapi mengapa ceritamu tak kunjung nyata?

Kamu telah mengutarakan segala keluh dan kesah dalam aksara. 

Tapi, tak ada satu solusi pun yang terlaksana. 


Aku tertegun, 

berkhayal dalam lamunan. 

Benar!

Aku terlena, 

terlalu menikmati dunia. 

Tak punya nyali tuk memberi warna, 

Jangankan dunia, tuk hidup lebih bermakna saja tak ada. 

Selalu saja hanya wacana. 


Swastamita setengah baya, 

kian meredup, bahkan lesu membuka mata. 

Aku bersama secangkir rindu, 

kuseduh kopi dalam-dalam, 

kunikmati aroma dalam setiap teguk. 

Tersenyum manis wanita disana, 

habis gelap terbitlah terang. 

Kuresapi makna setiap diksi 

Ahh. Tak perlu disesali. Saatnya beraksi. 


Lampau, 

aku terlalu banyak rima dalam berbagai cerita. 

Hingga lupa bahwa kini emansipasi sudah fakta. 

Tak perlu takut tuk bernarasi panjang di depan orang-orang terkemuka. 

Asal niat bakti terpatri kuat dalam rasa. 

Juang berbingkai cinta. 

Terbalut manis oleh asa. 

Agar tak ada lagi, hanya sebuah kata yang tertulis. 

Namun senyum manis dari hati terlukis. 

Berwarna dalam setiap langkah taat yang dinamis. 


Untukmu ibu. 

Terimakasih, secangkir rindu 

memberiku mimpi baru. 

Tak hanya duduk melamun menikmati selalu. 

Namun, kembali melangkah untuk maju. 



21 April 2021.

Direvisi 21 April 2023.