Menjadi Muslimah yang Kritis
Identitas buku
Judul : NALAR KRITIS MUSLIMAH Refleksi atas Keperempuanan, Kemanusiaan, dan Keislaman.
Penulis : Dr. Nur Rofiah, Bil, Uzm.
Penerbit : Afkaruna
Tebal buku : xiii + 223 halaman
Ukuran : 13 x 20,5 cm
Tahun terbit : 2020, cetakan 1
Genre : Nonfiksi
Tidak lagi menjadi rahasia umum bahwa akhir-akhir ini ramai topik mengenai perempuan diperbincangkan. Baik yang bersifat positif ataupun juga bersifat negatif bagi perempuan itu sendiri. Sebagai korban, pelaku hingga tidak ada perbedaan antar keduanya. Pandangan paradoks dan ambigu perempuan, terkadang masih sama. Ditengah hingar-bingar dunia yang serba canggih, terbuka dan modern. Lantas apa yang selayaknya digaungkan kembali dengan keadaan perempuan yang seperti ini, jika bukan pola pikir yang harus dibenahi. Sebagai seorang perempuan yang terlahir islam, tiada kata cukup untuk bersyukur sebab berada dilingkungan yang tidak lagi jahiliyah. Aamiin, semoga selalu benar adanya. Namun, juga pemikiran yang terbuka, luas dan luwes dalam menyikapi keadaan zaman sangat diperlukan.
Islam yang telah diturunkan di bumi Arab menjadi saksi perhelatan Rasulullah SAW dengan kebodohan serta minimnya kemanusiaan saat itu. Menegakkan keadilan demi menumpas ketimpangan, ketidakmanusiawian bangsa Arab sebelum Islam ditegakkan. Membebaskan eksploitasi manusia besar-besaran, salah satunya perempuan telah tersemat dalam makna Tauhid yang menjadi syarat keislaman. Hanya dengan buku bercover abu-abu berbahasa yang santai, renyah namun menusuk ke njeru ati katanya, pantas kalian miliki dan pahami maknanya. Khususnya bagi kalian perempuan.
Buku yang dirangkum dari kumpulan caption panjang WA, IG, FB, twitter milik penulis yakni Ibu Nur Rofiah seakan mengajak kita kilas balik terkait perjuangan perempuan. Sejak terbelenggu oleh budaya yang tidak berperikemanusiaan, hingga memaknai pengalaman perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Terbagi dalam tiga bagian penting, sehingga terdiri dari, subbab pertama yakni dengan judul agama untuk perempuan, subbab kedua berjudul memahami yang transenden, hingga subbab terakhir yakni kemanusiaan sebelum keberagaman.
Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai seorang manusia, tidak kurang dan tidak lebih ia adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan dilengkapi oleh akal dan hati. Artinya dalam berperilaku dan berpikir seharusnya sama-sama menggunakan nalar yang kritis. Bisa dikatakan Berpikir sebelum bertindak, dan jangan kebanyakan mikir sehingga lama untuk bertindak. Sehingga dapat imbang menggunakan akalnya untuk kritis menyikapi berbagai macam permasalahan baik yang menyangkut perempuan atau laki-laki. Keduanya, yakni laki-laki dan perempuan sama-sama berkewajiban untuk saling menjaga dan memahami. Laki-laki memahami pengalaman perempuan, begitupula sebaliknya.
Sebagaimana telah disampaikan oleh pegiat gender yang aktif dalam Lingkar Studi Kajian Gender Islam ini, perempuan memiliki dua pengalaman yang jika keduanya sama-sama diperhatikan dan maklumi, maka terpehunilah keadilan hakiki perempuan. Pengalaman tersebut yakni pengalaman biologis berupa menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Adapun pengalaman sosial, berupa diperolehnya stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan dan beban ganda sebab menjadi perempuan. Bagi Ibu Nur Rofiah perspektif keadilan hakiki perempuan dianggap telah terpenuhi yakni saat pengalaman biologis perempuan tidak semakin sulit, atau malah memberatkan perempuan. Begitupula dengan pengalaman sosial perempuan, tidak boleh ada satupun yang dialami oleh perempuan, sebab menjadi perempuan.
Tegas dan jelas telah disampaikan melalui buku terbitan afkaruna ini, bahwa keimanan seseorang menjadi langkah awal untuk dapat memanusiakan manusia. Perbincangan mengenai urgensi keimanan, meyakini Allah hanya satu-satunya yang berhak dan pantas disembah adalah gerbang utama agar manusia mampu bersikap moderat dan adil. Sebagaimana yang telah disampaikan dalam subbab kedua dengan judul memahami yang transenden. Judul-judul yang menarik serta ulasan yang singkat, akan mudah kita pahami dengan membaca buku ini. Contohnya perihal Tauhid.
Tauhid sebagai titik tolak pembebasan manusia dalam buku ini menjadi kata kunci yang seringkali diulang dalam setiap artikel. Sebab dari memahami dan mengimplementasikan keTauhidan yang benar, seseorang tidak mudah menjadikan selain Tuhan menjadi tuhan yang layak disembah. Seperti kepemilikan mutlak perempuan oleh laki-laki. Jika sebelum Islam perempuan sepenuhnya milik laki-laki. Kemudian Islam hadir menghapus yang demikian sebab tidak ada yang pantas menjadi Tuhan selain Allah SWT. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan hanyalah sebatas Khalifah Fil Ardh. Bukan tuhan yang pantas berkuasa. Tugas yang melekat pada diri setiap manusia yakni laki-laki dan perempuan hanya menyembah Allah, dan berbuat baik terhadap sesama (takwa).
Sama halnya dengan Tauhid begitupula dengan iman dan takwa, kedunya kerap kali diulang-ulang menjadi landasan penting yang selalu di ingatkan hingga perlu dicetak tebal dalam buku tersebut. Sebab dengan keimanan yang tinggi akan dihasilkan ketakwaan yang penuh. Semakin percaya bahwa Tuhan Yang pantas disembah adalah Allah Sang Maha Kuasa, maka seluas-luasnya hidup manusia akan dipenuhi dengan kemaslahatan, nihil kiranya jika akan menyekutukan Allah sehingga tidak bisa memanusiakan sesama manusia.
Allah SWT selalu berfirman dalam kalamNya untuk senantiasa ber- amar ma’ruf nahi mungkar. Maka dengan ini penting kiranya sebagai perempuan untuk bersikap kritis terhadap dirinya. Berbuat baik, menjadi lentera ditengah gelapnya zaman tidak hanya kewajiban seorang laki-laki. Perempuan sudah seharusnya juga bisa bertindak, memberi warna, perubahan, menjadi tauladan bagi semua orang. Tulisan ini yang katanya diawali dengan sebuah agenda besar dan penting bagi perjuangan perempuan yakni Kongres Ulama Perempuan, mengisyaratkan bahwa kealiman seseorang juga tidak dikotomi. Laki-laki dan perempuan posisinya sama dihadapan Allah SWT, pantas jika keduanya sama-sama berlomba atas nama takwa.
Kehadiran Islam terbuka seluas-luasnya bagi siapapun yang ingin berbuat maslahat (kebaikan) atas nama Allah SWT. Aku bermanfaat, maka aku ada. Begitu kiranya yang disampaikan Ibu Nur Rofiah dalam buku ini. Seakan selalu memberi lampu hijau terhadap semua cita-cita dan mimpi manusia, baik laki-laki dan perempuan. Saya rasa tidak akan pernah ragu jika kita selalu ingat konsep setara yang telah digaungkan Islam sejak berkibar di tanah Arab.
Insya Allah terkupas semua dalam buku Nalar Kritis oleh pegiat Gender dari Pamulang, meskipun tanpa footnote karena hanya tulisan sederhana, saya harap buku ini juga dicantumpakan daftar pustaka, sebab rujukan penting kiranya. Kesan terakhir, buku ini unik, sebab pemilihan judul artikel yang menarik di dalamnya juga menjadi daya tarik saya dalam membaca. Kalian harus baca!!! Dari hal yang paling mendasar, umum, hingga khusus dan berbagai tips tersemat. Mau menjadi Muslimah yang kritis? Muslimah yang ideal? Dengan membaca buku ini, kalian akan sadar betapa banyak hal penting yang harus kita sadari, dan kita kritisi untuk kedepannya. Temukan jawabannya di buku ini....